17.3.09

Cara menyusui bayi yang benar


1. Persiapan mental & fisik. Ibu yang akan menyusui bersikap santai, tidak terburu-buru atau malu jika payudara nya terlihat oleh orang lain. Untuk itu perlu ruangan yang tenang dan terjaga privasinya. Karena itu jangan melakukannya di depan umum. Selain banyak nya kuman yang bertebaran juga perasaan risih yang ditimbulkan. Sebaiknya menggunakan botol susu jika harus menyusui di ruang publik. Hindari menyusui dalam keadaan haus dan lapar. Sebelum menyusui bayi, terlebih dahulu si Ibu mencuci kedua tangan dengan sabun sampai bersih. 


2. Sebelum mulai menyusui gunakan tempat duduk/kursi yang nyaman dengan sandaran punggung dan tangan serta bantalan untuk menopang tangan yang menggendong bayi. Hal ini dilakukan untuk mencegah si Ibu dari rasa lelah yang timbul akibat harus terus menggendong bayi, yang mana dampak nya akan mempersingkat waktu menyusui. Sebelum menyusui bayi, sebaiknya kedua punting susu dibersihkan dengan kapas yang telah direndam terlebih dahulu dengan air hangat, atau jika tidak ada kapas gunakan tissu atau ujung jari untuk menghindari ASI terkontaminasi oleh kuman.

3. Lalu sebelum menyusui, tekan daerah sekitar puting susu diantara telunjuk dan ibu jari sehingga keluar 2 - 3 tetes ASI, kemudian oleskan ke seluruh bagian puting susu. Cara menyusui yang baik adalah bila si Ibu melepaskan kedua payudaranya dari pemakaian BH dan posisikan si Ibu dalam keadaan duduk. 

4. Susukan bayi sesuai dengan kebutuhan. Bila bayi lapar segera susui. Biasanya kebutuhan terpenuhi dengan menyusui tiap 2 - 3 jam. Setiap menyusui, lakukan pada kedua payudara secara bergantian masing masing selama kurang lebih 10 menit. Mulai selalu dengan payudara sisi yang terakhir disusui sebelumnya. Periksa ASI sampai payudara terasa kosong atau sampai bayi merasa kenyang. 

5. Setelah selesai menyusui, mulut bayi dan kedua pipi bayi dibersihkan dengan kapas atau tisu yang telah direndam dengan air hangat. Sedangkan untuk si Ibu setelah selesai, oleskan ASI seperti awal menyusui dan biarkan kering oleh udara sebelum memakai BH untuk mencegah lecet.

6. Menyendawakan bayi setelah menyusui harus selalu dilakukan untuk mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah sebelum ditidurkan.. 

7. Bila kedua payudara masih ada sisa ASI, supaya dikeluarkan dengan alat pompa susu. 

Keunggulan ASI terhadap susu lainnya 

1. Murah, sehat dan mudah memberikannya 

2. Mengandung zat yang dapat meninggikan daya tahan anak terhadap penyakit.  

3. Mengandung cukup banyak makanan yang diperluka oleh bayi.  

4. Menyusui berarti menjalin kasih sayang Ibu terhadap anak.  

5. Menyusui mempercepat Ibu menjadi langsing kembali sesudah melahirkan. 

Bayi sampai dengan umur 2 tahun cukup diberi Air Susu Ibu (ASI) 

1. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk anak. Susuilah anak sampai berumur 2 tahun.  

2. Susuilah setiap kali anak merasa lapar (menangis).  

3. Susuilah dari susu kanan dan kiri bergantian.  

4. Air Susu Ibu yang keluar pertama kali, jangan dibuang, berguna untuk meningkatkan imunitas anak terhadap kuman.

5. Sampai umur 4 bulan jangan diberikan makanan lunak lainnya hal ini karena menyebabkan anak merasa kenyang sehingga mengurangi kemauan bayi untuk menyusu.  

6. Agar Air Susu Ibu (ASI) bisa mencukupi kebutuhan bayi, ibu harus makan dan minum yang cukup (ikuti petunjuk makan bayi Ibu menyusui).  

7. Asal Ibu sehat, dan mengikuti petunjuk makan bagi Ibu menyusui, air susu saja cukup untuk bayi sampai umur 4 bulan. 

Pemberian Air Susu Ibu (ASI) sangat penting, mengingat : 

1. Air Susu Ibu adalah satu-satunya makanan dan minuman terbaik untuk bayi dalam masa empat bulan pertama kehidupannya.  

2. Bayi harus segera disusui setelah lahir. Pada dasarnya setiap ibu dapat menyusui anaknya dan hendaknya disusui secara tepat.  

3. Ibu hendaknya sesering mungkin menyusui anaknya karena dengan demikian Air Susu Ibu bertambah banyak dan cukup untuk kebutuhan bayi.  

4. Pemberian susu botol yang penanganannya tidak bersih, dapat menimbulkan sakit dan kematian.  

5. Ibu hendaknya menyusui anak-anaknya hingga tahun kedua kehidupan anak, dan jika mungin, untuk waktu yang lebih lama. 

Masalah yang sering terjadi pada saat menyusui:

1. Mastitis Mastitis adalah peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak disertai infeksi. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis laktasional atau mastitis puerperalis. Abses (nanah) payudara, pengumpulan nanah lokal di dalam payudara, merupakan komplikasi berat dari mastitis. Dua penyebab utama dari mastitis adalah stasis (terhenti) ASI dan infeksi. Patogen yang paling sering diidentifikasi adalah staphilokokus aureus. Pada mastitis infeksius, ASI dapat terasa asin akibat kadar natrium dan klorida yang tinggi dan merangsang penurunan aliran ASI. Ibu harus tetap menyusui. Antibiotik (resisten-penisilin) diberikan bila ibu mengalami mastitis infeksius. 

1. Gejala mastitis non-infeksius: 

§ Ibu memperhatikan adanya “bercak panas”, atau area nyeri tekan yang akut 

§ Ibu dapat merasakan bercak kecil yang keras di daerah nyeri tekan tersebut 

§ Ibu tidak mengalami demam dan merasa baik-baik saja 

2. Gejala mastitis infeksius: 

§ Ibu mengeluh lemah dan sakit-sakit pada otot seperti flu 

§ Ibu dapat mengeluh sakit kepala 

§ Ibu demam dengan suhu di atas 34 oC 

§ Terdapat area luka yang terbatas atau lebih luas pada payudara 

§ Kulit pada payudara dapat tampak kemerahan atau bercahaya (tanda-tanda akhir) 

§ Kedua payudara mungkin terasa keras dan tegang “pembengkakan” 

Pengobatan:

· Lanjutkan menyusui 

· Berikan kompres panas pada area yang sakit 

· Tirah baring (bersama bayi) sebanyak mungkin 

· Jika bersifat infeksius, berikan analgesik non narkotik, antipiretik (ibuprofen, asetaminofen) untuk mengurangi demam dan nyeri 

· Pantau suhu tubuh akan adanya demam. Jika ibu demam tinggi (< 39oC), periksa kultur susu terhadap kemungkinan adanya infeksi streptokokal 

· Pertimbangkan pemberian antibiotik antistafilokokus kecuali jika demam dan gejala berkurang. 

2. Kandida/sariawan Merupakan hal yang biasa terjadi pada ibu yang menyusui dan bayi setelah pengobatan antibiotik. Manifestasinya seperti area merah muda yang menyolok menyebar dari area puting, kulit mengkilat, nyeri akut selama dan setelah menyusui; pada keadaan yang parah, dapat melepuh. Ibu mengeluh nyeri tekan yang berat dan rasa tidak nyaman, khususnya selama dan segera setelah menyusui.Bayi dapat menderita ruam popok, dengan pustula yang menonjol, merah, tampak luka dan/atau seperti luka terbakar yang kemerahan. Pada kasus-kasus yang berat, bintik-bintik atau bercak-bercak putih mungkin terlihat merasakan nyeri dan menolak untuk menghisap.Pengobatan: 

1. Obati ibu dan bayinya 

2. Oleskan krim atau losion topikal antijamur ke puting dan payudara setiap kali sehabis menyusui, dan seka mulut, lidah dan gusi bayi setiap kali sehabis menyusui. 

3. Anjurkan ibu untuk mengkompreskan es pada puting sebelum menyusui untuk mengurangi nyeri. 

3. Cacar air (virus varisela zoster) Kebanyakan ibu dan pekerja rumah sakit pernah menderita cacar air dan tidak beresiko. Ketika ibu mengidap cacar air beberapa hari sebelum kelahiran bayi, bayi menjadi beresiko karena antibodi ibu yang memberikan kekebalan pada bayi belum mempunyai kesempatan untuk berkembang.Perawatan : 

· Jika ibu sudah pernah mengalami cacar, menyusui akan memberikan antibodi kepada bayi. Menyusui tidak perlu dihentikan 

· Jika ibu belum pernah mengidap cacar air, ibu dan bayinya harus menerima vaksin varisela jika mereka sudah terpapar. 

· Jika ibu mengidap cacar air beberapa hari sebelum melahirkan : 

§ ibu dan bayi harus diisolasi secara terpisah jika neonatus tidak mengalami lesi (hilangnya fungsi suatu bagian). Hanya sekitar 50% bayi yang terpapar akan berkembang menjadi penyakit 

§ keluarkan ASI jika bayi ditempatkan pada tempat lain 

§ jika bayi menderita lesi, isolasi bayi dengan ibu; menyusui tidak dihentikan.